Halo! Selamat malam.
Aku mau cerita sedikit nih, nggak tau juga sih kenapa bisa ingat hal ini.
Sebelumnya aku mau ajukan pertanyaan:
Pernahkah kalian lagi kesusahan lalu ditolong oleh orang yang sama sekali nggak kalian kenal bahkan belum pernah ketemu sebelumnya?
Kalau jawabannya iya maka berbahagialah kita pernah sama-sama merasakan hal tersebut. Soalnya jarang banget bisa mengalami hal seperti ini, tau sendiri sepertinya sekarang banyak yang kurang peduli dengan sekitarnya, jangan kan membantu orang lain, membantu teman pun susah sekali. Bukan seperti reality show di televisi, hal ini benar-benar aku alami. Penasaran akan hal ini aku juga nanya ke teman-teman apakah pernah merasakannya, ternyata ada beberapa yang pernah mengalami. Jadi, kali ini mau nyampaikan cerita aku dan teman-temanku tentang pengalaman tersebut
![]() |
Aku sendiri pernah merasakan hal ini dua kali, ya setidaknya ini yang paling berkesan. Yang pertama waktu masih kelas 3 SMA. Sekolah aku masuknya jam 07.00 pas, tapi aku kesiangan sekitar jam 6.30. Dari rumah udah buru-buru, mandi kilat, pake seragam kilat, sampai-sampai nggak sempat sarapan. Setelah beres, aku lari-lari dari rumah ke jalan raya yang jaraknya lumayan jauh, ini aja udah bikin ngos-ngosan. Iya, aku nggak bisa bawa kendaraan dan memang nggak ada kendaraan. Terus naik angkot, sayangnya sekolahku nggak bertempat ditepi jalan raya. Jadi, mesti jalan kaki lagi yang jaraknya lumayan bikin lari-lari lagi. Oalah...
Biasanya rame kalau berangkat sekolah, yang ini nggak ada orang alias cuma aku sendiri. Alhasil aku lari-lari lagi tapi sekitar sepuluh meter dari simpang sekolah, nah terus ada ibu-ibu bawa motor sendiri dari arah yang sama kayaknya beliau habis ngantarin anaknya sekolah negur seingatku percakapan kita begini,
"Masuk jam berapa, dek?" ibunya nanya
"Jam tujuh, buk,"
"Jam berapa ini? Udah telat, lho. Yaudah, naik motor saya aja," tawar si ibu.
Aku yang udah banjir keringat tanpa ba-bi-bu langsung ngangguk dan naik ke motornya. Diatas motor aku nanya ibunya mau kemana, ternyata beliau mau pulang. Karena kalau dengan motor cepat sampai, aku minta turun depan gerbang sambil bilang terima kasih banyak ke ibu nya. Walaupun bel udah bunyi, yang penting pelajaran belum dimulai soalnya baru baca doa. Dan aku bersyukur udah dibantu sama ibu tadi.
Kalau yang kedua ini waktu aku ikut semacam kursus di kawasan Bandara Tabing. Sekitar jam sepuluh pagi, seperti biasa berangkat naik angkot. Dengan pedenya aku duduk di bangku 4, di depan aku duduk bapak-bapak dengan pakaian kurang rapi dan cukup menyeramkan bahkan sampe mengira dia seorang penjahat yang mau nyopet aku. Tapi dugaan tersebut ternyata terpatahkan saat aku mendekati tujuan. Aku nyari ongkos di saku baju, nggak ada. Cari di dompet juga nggak ada, yang cuma atm. Ternyata baru ingat kalau ongkos ketinggalan di rumah. Sempat mikir buat tolong berhenti dekat atm, tapi balik lagi ntar aku bayar ongkosnya pake apa? Mulai deh obrak abrik isi tas siapa tau ada keselip tiga helai uang ribuan. Tapi tetapa aja nggak ada sampai aku cek lagi saku dan dompet, dan ternyata tujuan ku udah terlewat. Disebelah kiri aku duduk seorang ibu-ibu, sempat mikir buat 'minta' ongkos.
Nah, melihat aku yang grasak grusuk tiba-tiba bapak menyeramkan yang duduk didepan aku angkat bicara, kira-kira percakapan singkat kita seperti ini,
"Turun dimana, dek?" tanya nya
"Di Simpang GIA, pak. Udah kelewat tapi uang saya ketinggalan," dengan takut aku jawab jujur
"Berhenti disini aja. Nanti saya bayarin ongkos nya.""Terima kasih banyak ya Pak. Terima kasih banyak."
Seketika langsung merasa bersalah, aku nggak tau harus gimana selain berdoa untuk minta maaf dan bersyukur. Sejak saat itu aku mulai benar-benar sadar bahwa penampilan nggak menampilkan segalanya, ada sesuatu yang harus benar-benar dipahami sebelum men-cap itu adalah hal yang buruk atau sebaliknya.
0 komentar:
Posting Komentar